BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di era globalisasi ini anggaran merupakan elemen penting
dalam sistem pengendalian manajemen, karena anggaran adalah sebagai alat
perencanaan (planing), dan pengendalian (control) jangka pendek yang efektif
dalam organisasi (Anthony & Govindarajah 2005). Perencanaan dan
pengendalian anggaran yang baik akan membuat perusahaan bersaing dalam
persaingan dunia usaha yang dirasakan saat ini. Disamping itu anggaran tidak
hanya sebagai alat perencanaan keuangan dan pengendalian, tetapi juga sebagai
koordinasi, komunikasi dan evaluasi kerja dan motivasi serta sebagai alat untuk
mendelegasikan wewenang atasan kepada bawahan.
Anggaran digunakan oleh manajer tingkat atas sebagai
suatu alat untuk dapat menjelaskan tujuan-tujuan organisasi ke dimensi
kuantitatif dari waktu, serta mengkomunikasikannya kepada manajer-manajer
tingkat bawah sebagai rencana kerja jangka panjang maupun jangka pendek.
Sasaran anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktivitas yang
telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk anggaran (Amrul dan Nasir, 2002).
Anggaran adalah salah salah satu bentuk perencanaan yang
diperlukan oleh perusahaan. Dengan demikian kompleks permasalahan yang ada akan
setiap kegiatan harus dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang baik. Sehingga
dalam makalah ini penulis mendeskripsikan beberapa hal yang penting mengenai
anggaran perusahaan.
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.
Apa yang dimaksud
penganggaran modal?
2.
Bagaimana teknik dan konsep penganggaran modal?
1.3
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
bagaimana anggaran pendapatan menyajikan informasi tentang perkiraan pendapatan yang
akan diperoleh dari penjualan jasa kepada pelanggan dan harga jual dalam satu
periode anggaran.
2.
Untuk mengetahui dimaksud anggaran beban langsung, tidak
langsung dan beban operasional pelatihan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Penganggaran
Modal
Penganggaran
modal (capital budgeting) adalah
sebuah proses pengambilan keputusan oleh manajemen atas kegiatan yang akan
memberikan tingkat pengembalian investasi (return
on investment) lebih dari satu tahun.
Penganggaran
modal umumnya melibatkan kegiatan pengambilan keputusan untuk pengadaan aset
tetap yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Penganggaran modal
hanya memfokuskan pada kegiatan-kegiatan yang memiliki jangka waktu pelaksanaan
lebih dari satu tahun.
Penganggaran
modal sangat menentukan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang karena
hal-hal berikut.
1.
Jumlah dana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
sangat besar.
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, perusahaan tidak
hanya menggunakan dana dari kas internal perusahaan, tetapi juga menggunakan
dana dari pihak kreditur, misalnya bank.
Jika kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan
mengalami kegagalan, maka perusahaan kemungkinan besar akan mengalami kesulitan
dalam melunasi segala utang yang terkait kegiatan tersebut. Jika perusahaan
tidak mampu melunasi utangnya, maka perusahaan kemungkinan besar akan dilikuidasi
(ditutup).
2.
Kegiatan penganggaran modal memerlukan banyak sekali
sumber daya yang ada di perusahaan, tidak hanya uang, tetapi juga fasilitas dan
sumber daya manusia.
Kegagalan dalam memilih dan menjalankan proyek yang tepat
dapat membuat perusahaan mengalami kerugian yang sangat besar sehingga akan
dapat berdampak buruk pada kondisi keuangan perusahaan.
3.
Sebaliknya, jika kegiatan yang dijalankan oleh perusahaan
dilaksanakan dengan sukses, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan yang
besar di masa mendatang. Kondisi ini dapat memperkuat posisi perusahaan dibandingkan
dengan pesaingnya.
2.2 Teknik dan Konsep Penganggaran Modal
Penganggaran modal dapat membantu manajemen perusahaan
dalam proses pengambilan keputusan untuk pelaksanaan sebuah kegiatan. Keputusan
yang diambil oleh manajemen adalah apakah manajemen akan melaksanakan kegiatan
tersebut atau justru menolaknya.
Sebagai contoh, PT ABC ingin menambah mesin produksinya
dari 3 buah menjadi 5 buah. Untuk itu, PT ABC harus membeli 2 mesin baru yang diperkirakan
akan dipakai 10 tahun. Harga beli mesin sebesar Rp20.000.000.000 per unitnya
sehingga diperlukan dana sebesar Rp40.000.000.000.
PT ABC harus membuat keputusan apakah akan membeli mesin
tersebut atau tidak membelinya. Beberapa faktor yang menentukan jadi atau
tidaknya PT ABC membeli mesin, antara lain kondisi keuangan perusahaan dan
keyakinan perusahaan tentang target penjualan unit produksinya di masa depan.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilaksanakan oleh
perusahaan dalam penganggaran modal.
Langkah
1
Tentukan nilai investasi awal (initial outlay) dari kegiatan yang akan dijalankan oleh perusahaan.
Misalnya, perusahaan ingin mengganti mesin lama dengan mesin baru agar lebih
efisien dalam berproduksi. Nilai investasi awal pembelian mesin baru seluruh
pengeluaran untuk memperoleh mesin baru tersebut.
Berikut ini adalah
contoh-contoh pengeluaran untuk pembelian mesin.
Harga beli mesin baru = xxx
Ditambah:
Ongkos
angkut pembelian = xxx
Biaya
asuransi selama pengiriman = xxx
Biaya
tes mesin baru =
xxx
Biaya
pemasangan mesin baru = xxx
Dikurangi:
Harga
jual mesin lama = (xxx)
Nilai
investasi awal mesin baru
xxx
Langkah
2
Tentukan sumber pendanaan untuk mendanai kegiatan yang
akan dilakukan oleh perusahaan.
Sumber-sumber pendanaan untuk mendanai kegiatan
perusahaan adalah:
1.
Dana kas internal
perusahaan,
2.
Hasil penerbitan
obligasi kepada masyarakat,
3.
Hasil dari meminjam
dana kepada lembaga keuangan, misalnya ke bank,
4.
Penerbitan saham
baru.
Setiap sumber
pendanaan mensyaratkan adanya biaya modal (cost
of capital) yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Sebagai contoh, jika
perusahaan menggunakan sumber pendanaan dari penerbitan obligasi, maka perusahaan
harus membayar bunga setiap tahunnya kepada pemegang obligasi. Bunga tersebuta
adalah biaya modal dari penerbitan obligasi.
Langkah 3
Tentukan arus kas
masuk dan arus kas keluar selama kegiatan tersebut dijalankan. Arus kas masuk
di masa depan dapat berasal dari penjualan produk dan jasa kepada pelanggan
atau dari penghematan yang diterima perusahaan.
Misalnya,
perusahaan akan mengganti mesin lama yang dimiliki dengan mesin baru. Mesin
baru tersebut memiliki masa manfaat selama 5 tahun dan penghematan per tahun
yang akan diterima oleh perusahaan dengan menggunakan mesin baru sebesar
Rp150.000.000. Total penghematan dari mesin baru tersebut selama masa
manfaatnya sebesar Rp750.000.000.
Arus kas keluar
kegiatan berasal dari semua pengeluaran kas selama plaksanaan kegiatan,
misalnya untuk membayar gaji pelaksana kegiatan dan pembelian bahan baku.
Arus kas masuk
kegiatan nantinya dikurangi dengan arus kas keluar kegiatan untuk memperoleh
arus kas bersih kegiatan.
Langkah 4
Menghitung
kelayakan pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan metode-metode yang ada di
penganggaran modal. Buku ini hanya akan membahas dua metode, yaitu metode payback period dan net present value.
2.3
Metode Payback
Period
Metode payback
period mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan untuk
menutupi pengeluaran investasi awalnya atau kembali modal.
Selama kegiatan berlangsung, perusahaan akan memperoleh
arus kas masuk bersih. Kemudian, arus kas bersih yang diperoleh setiap tahun
dijumlahkan. Jika jumlah arus kas bersih telah sama dengan pengeluaran
investasi awalnya, maka perusahaan dianggap sudah kembali modalnya.
Metode payback
period akan memilih kegiatan yang memiliki payback period yang paling cepat.
Contoh 9.1
PT XYZ ingin mengganti mesin lamanya dengan sebuah mesin
baru yang lebih efisien. Harga mesin baru diperkirakan sebesar Rp1.000.000.000.
Mesin baru tersebut diharapkan akan memberikan manfaat selama 10 tahun.
Penghematan yang diperoleh dengan menggunakan mesin baru setiap tahunnya
sebesar Rp250.000.000. PT XYZ mensyaratkan untuk dapat membeli mesin baru
tersebut, maka payback period-nya
harus tidak lebih dari 6 tahun.
Dengan menggunakan metode payback period, tentukan apakah PT XYZ akan menyetujui permohonan
pembelian mesin baru tersebut.
Langkah 1
Tentukan nilai investasi awal dari pembelian mesin baru
tersebut. Nilai investasi awal sebesar Rp1.000.000.000.
Langkah 2
Tentukan arus kas bersih dari pembelian mesin baru
tersebut sejak mesin tersebut dibeli sampai habis masa manfaatnya. Arus kas
bersih yang diperoleh setiap tahunnya selama 10 tahun adalah Rp250.000.000.
Langkah 3
Tentukan payback
period dari pembelian mesin baru tersebut. Jika arus kas bersih dari sebuah
kegiatan nilainya sama untuk setiap tahunnya, maka kita dapat menggunakan rumus
dibawah ini.
Payback
period =
Payback
period =
Payback
period = 4 tahun
Langkah 4
Analisis kelayakan kegiatan tersebut dengan membandingkan
antara payback period dari mesin
tersebut dengan kebijakan yang ada di perusahaan.
PT XYZ akan menolak permohonan pembelian mesin baru tersebut
karena payback period-nya (8 tahun)
lebih lama dibandingkan dengan kebijakan perusahaan. PT XYZ yang mensyaratkan peyback period selama 6 tahun.
Contoh 9.2
PT ABC
memiliki rencana untuk membangun sebuah ruko di daerah Jakarta Utara. Nilai
investasi awal proyek tersebut diperkirakan sebesar Rp1.500.000.000. Berikut
ini adalah arus kas bersih yang diperkirakan akan diperoleh dari proyek
tersebut.
Tahun
|
Arus kas bersih masuk
|
1
|
500.000.000
|
2
|
600.000.000
|
3
|
800.000.000
|
4
|
900.000.000
|
5
|
100.000.000
|
Hitunglah payback
period dari pembangunan ruko oleh PT ABC.
Langkah 1
Tentukan nilai investasi awal dari pembangunan ruko
tersebut, yaitu sebesar Rp1.500.000.000.
Langkah 2
Tentukan arus kas bersih dari pembangunan ruko. Berikut
ini adalah arus kas bersih selama 5 tahun.
Tahun
|
Arus kas bersih masuk
|
1
|
500.000.000
|
2
|
600.000.000
|
3
|
800.000.000
|
4
|
900.000.000
|
5
|
100.000.000
|
Langkah 3
Sehubungan dengan nilai arus kas bersih yang masuk setiap
tahun tidak sama, kita tidak lagi dapat menggunakan rumus yang terdapat pada Contoh
9.1.
Berikut ini adalah tabel yang dapat digunakan untuk
menghitung payback period sebuah
kegiatan yang nilai arus kas bersihnya tidak sama setiap tahun.
Tahun
|
Arus Kas Bersih
|
Arus Kas Bersih Komulatif
|
Nilai Investasi awal yang belum tertutupi sampai akhir
tahun
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Langkah 4
Isi pada kolom tahun yang ada di tabel dimulai dengan 0.
Tahun 0 adalah tahun dikeluarkannya investasi awal, yaitu Rp1.500.000. Masukkan
nilai investasi awal tersebut pada kolom nilai investasi awal yang belum
tertutupi sampai akhir tahun pada baris pertama.
Tahun
|
Arus Kas Bersih
|
Arus Kas Bersih Komulatif
|
Nilai Investasi awal yang belum tertutupi sampai akhir
tahun
|
0
|
|
|
1.500.000.000
|
1
|
|
|
|
2
|
|
|
|
3
|
|
|
|
4
|
|
|
|
5
|
|
|
|
Langkah 5
Masukkan arus kas bersih setiap tahunnya pada kolom arus
kas bersih.
Tahun
|
Arus Kas Bersih
|
Arus Kas Bersih Komulatif
|
Nilai Investasi awal yang belum tertutupi sampai akhir
tahun
|
0
|
|
|
1.500.000.000
|
1
|
500.000.000
|
|
|
2
|
600.000.000
|
|
|
3
|
800.000.000
|
|
|
4
|
900.000.000
|
|
|
5
|
100.000.000
|
|
|
Langkah 6
Hitung arus kas bersih kumulatif untuk tahun 1. Arus kas
bersih kumulatif untuk tahun ke-1 adalah Rp500.000.000.
Kemudian, masih pada baris tahun ke-1, kurangkan nilai
investasi awal yang belum tertutupi sampai akhir tahun pada tahun 0 dengan arus
kas bersih kumulatif tahun ke-1 (Rp1.500.000.000-Rp500.000.000).
Tahun
|
Arus Kas Bersih
|
Arus Kas Bersih Komulatif
|
Nilai Investasi awal yang belum tertutupi sampai akhir
tahun
|
0
|
|
|
1.500.000.000
|
1
|
500.000.000
|
500.000.000
|
1.000.000.000
|
2
|
600.000.000
|
|
|
3
|
800.000.000
|
|
|
4
|
900.000.000
|
|
|
5
|
100.000.000
|
|
|
Langkah 7
Hitung arus kas bersih kumulatif untuk tahun ke-2. Arus
kas bersih kumulatif untuk tahun ke-2 adalah Rp1.100.000.000 (arus kas bersih
kumulatif tahun 1 ditambah arus kas bersih tahun ke-2).
Kemudian, masih pada baris tahun ke-2. Kurangkan nilai
investasi awal yang belum tertutupi sampai akhir tahun pada tahun 0 dengan arus
kas bersih kumulatif tahun ke-2 (Rp1.500.000.000 – Rp1.100.000.000).
Tahun
|
Arus Kas Bersih
|
Arus Kas Bersih Komulatif
|
Nilai Investasi awal yang belum tertutupi sampai akhir
tahun
|
0
|
|
|
1.500.000.000
|
1
|
500.000.000
|
500.000.000
|
1.000.000.000
|
2
|
600.000.000
|
1.100.000.000
|
400.000.000
|
3
|
800.000.000
|
|
|
4
|
900.000.000
|
|
|
5
|
100.000.000
|
|
|
Langkah 8
Hitung arus kas bersih kumulatif untuk tahun ke-3. Arus
kas bersih kumulatif untuk tahun ke-3 adalah Rp1.900.000.000 (arus kas bersih
kumulatif tahun ke-2 ditambah arus kas bersih tahun ke-3).
Karena nilai arus kas bersih kumulatif tahun ke-3 sudah
melebihi nilai investasi awal, payback
period dari proyek terjadi antara tahun ke-2 dan tahun ke-3.
Langkah 9
Hitunglah payback
period dari proyek pembangunan ruko tersebut.
Payback period terjadi setelah tahun ke-2, tetapi sebelum tahun ke-3
berakhir. Jadi,
Payback period = 2 tahun + (400.000.000/800.000.000) x 1 tahun
=
2 tahun + 0,5 tahun
=
2,5 tahun.
400.000.000 adalah nilai investasi awal yang belum
tertutupi sampai akhir tahun pada tahun ke-2, sedangkan 800.000.000 adalah arus
kas bersih tahun ke-3.
2.4
Metode Net Present Value
Salah satu kelemahan dari metode payback period adalah tidak memasukkan nilai waktu dari arus kas
bersih yang diterima di masa mendatang atau sering disebut time value of money.
Seperti diketahui, uang memiliki dimensi nilai waktu.
Misalnya, nilai uang sebesar Rp1.000.000 yang diterima satu tahun kemudian
tidak sama dengan uang sebesar Rp1.000.000 yang diterima. Hal ini terjadi
karena konsep bunga majemuk dan inflasi. Jika kita menerima Rp1.000.000 saat
ini, kemudian uang tersebut kita tabung dan memperoleh bunga nilainya di tahun
depan lebih besar dari Rp1.000.000 (nilai pokok plus bunga).
Metode dalam penganggaran modal yang akan dibahas
selanjutnya adalah metode net present
value. Dengan menggunakan metode net
present value, seluruh nilai arus kas bersih yang diterima di tahun-tahun mendatang
akan dihitung saat investasi awal dikeluarkan (di-present value-kan) dengan menggunakan tingkat diskonto tertentu.
Tingkat diskonto yang digunakan dapat diperoleh dari tingkat pengembalian
investasi yang diharapkan oleh perusahaan (required
rate of return).
Kemudian, arus kas bersih tersebut dikurangi dengan nilai
investasi awalnya untuk memperoleh NPV.
Jika NPV > 0, maka proyek tersebut layak untuk
dilaksanakan.
Sebaliknya,
Jika NPV < 0, maka proyek tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan.
Contoh 9.3
PT ABC berniat membangun sebuah ruko di daerah Jakarta
Utara. Nilai investasi awal pembangunan ruko adalah Rp.1.500.000.000. Berikut
ini adalah arus kas bersih yang diperkirakan akan diterima dari kegiatan
pembangunan ruko.
Tahun
|
Arus kas bersih masuk
|
1
|
500.000.000
|
2
|
600.000.000
|
3
|
800.000.000
|
4
|
900.000.000
|
5
|
100.000.000
|
PT ABC memutuskan hanya menggunakan dana kass internal
perusahaan untuk membangun ruko tersebut dan menginginkan tingkat pengembalian
investasi sebesar 10%. Kemudian, manajemen PT ABC hendak menentukan kelayakan
pembangunan ruko tersebut dengan menggunakan metode net present value.
Langkah 1
Tentukan nilai investasi awal dari pembangunan ruko
tersebut, yaitu sebesar Rp1.500.000.000.
Langkah 2
Tentukan arus kas bersih masuk dari pembangunan ruko.
Berikut ini adalah arus kas bersih masuk selama 5 tahun.
Tahun
|
Arus kas bersih masuk
|
1
|
500.000.000
|
2
|
600.000.000
|
3
|
800.000.000
|
4
|
900.000.000
|
5
|
100.000.000
|
Langkah 3
Tentukan tingkat diskonto untuk pembangunan ruko. Tingkat
pengembalian investasi sebesar 10% yang dipersyaratkan oleh PT ABC merupakan
tingkat diskonto pembangunan ruko.
Langkah 4
Tentukan present
value untuk setiap Rp1 dari tahun ke-1 sampai tahun ke-5.
Rumus present value =
Nilai present value
tahun ke-1 =
= 0,9091
Nilai present value
tahun ke-2 =
= 0,8264
Nilai present value
tahun ke-3 =
= 0,7513
Nilai present value
tahun ke-4 =
= 0,6830
Nilai present value
tahun ke-5 =
= 0,6209
Langkah 5
Arus kas bersih masuk yang diperoleh dari tahun ke-1
sampai tahun ke-5 dikalikan dengan PV setiap tahunnya untuk memperoleh net present value dari arus kas bersih
yang masuk.
Tahun
(1)
|
Arus Kas Bersih Masuk
(2)
|
PV, 10%
(3)
|
NPV dari arus kas bersih masuk
(4) = (2) x (3)
|
1
|
500.000.000
|
0,9091
|
454.550.000
|
2
|
600.000.000
|
0,8264
|
495.840.000
|
3
|
800.000.000
|
0,7513
|
601.040.000
|
4
|
900.000.000
|
0,6830
|
614.700.000
|
5
|
100.000.000
|
0,6209
|
62.090.000
|
Langkah 6
Kurangkan NPV dari arus kas bersih masuk dengan nilai investasi
awal.
Tahun
(1)
|
Arus Kas Bersih Masuk
(2)
|
PV, 10%
(3)
|
NPV dari arus kas bersih masuk
(4) = (2) x (3)
|
1
|
500.000.000
|
0,9091
|
454.550.000
|
2
|
600.000.000
|
0,8264
|
495.840.000
|
3
|
800.000.000
|
0,7513
|
601.040.000
|
4
|
900.000.000
|
0,6830
|
614.700.000
|
5
|
100.000.000
|
0,6209
|
62.090.000
|
Total NPV
|
2.228.220.000
|
||
Nilai
investasi awal
|
1.500.000.000
|
||
NPV dari proyek
|
728.220.000
|
Kegiatan pembangunan ruko memiliki NPV positif sehingga
layak dijalankan.
DAFTAR
PUSTAKA
Catur Sasongko, Safrida. Anggaran. Salemba Empat, Jakarta 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar