BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
CAPM pertama kali diperkenalkan oleh
Sharpe, Lintner, dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. Menurut Prof. Dr.
Eduardus Tandelilin, MBA, CWM, CAPM adalah Model yang menghubungkan tingkat
return harapan dari suatu aset berisiko dengan risiko dari suatu aset tersebut
pada kondisi pasar yang seimbang.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) bukanlah satu-satunya
teori yang mencoba menjelaskan bagaimana suatu aktiva ditentukan harganya oleh
pasar, atau bagaiman menentukan tingkat keuntungan yang dipandang layak untuk
suatu investasi. Ross (1976) merumuskan suatu teori yang disebut sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT). Kalau
pada CAPM analisis dimulai dari bagaimana pemodal membentuk portofolio yang
efisien ( karena market portofolio yang mempunyai kedudukan sentral dalam CAPM
merupakan portofolio yang efisien), maka APT mendasarkan diri konsep satu harga
(the law of one price).
APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua
kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah
bisa dijual dengan harga yang berbeda (hukum satu harga). Apabila aktiva yang
berkarakteristik sama tersebut dijual dengan harga yang berbeda maka akan
terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage, yaitu dengan membeli aktiva yang
berharga murah dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi pada saat yang
sama sehingga dapat diperoleh laba tanpa resiko.
Perbedaan antara kedua model tersebut terletak pada perlakuan APT terhadap
hubungan antar tingkat keuntungan sekuritas. APT mengasumsikan bahwa tingkat
keuntungan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan
industri. Korelasi antara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena
sekuritas- sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor atau faktor-faktor yang
sama. Sebaliknya meskipun CAPM mengakui adanya korelasi antar tingkat
keuntungan, model tersebut tidak menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
korelasi tersebut. Baik CAPM maupun APT sama-sama berpendapat bahwa ada hubungan
yang positif antara tingkat keuntungan yang diharapkan dengan resiko.
Berdasarkan hal tersebut maka penulisan makalah ini mengambil
judul “Capital Asset Pricing
Model (CAPM)”.
1.2.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka yang
menjadi rumusan masalah adalah bagaimana mengaplikasikan model-model
keseimbangan (CAPM (Capital Asset Pricing
Model) dan APT (Arbitrage Pricing
Theory)).
1.3
Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari
makalah ini adalah untuk mengetahui cara mengaplikasikan model-model
keseimbangan (CAPM (Capital Asset Pricing
Model) dan APT (Arbitrage Pricing
Theory)).
1.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital
Asset Pricing Model (CAPM) merupakan sebuah model yang
menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkan, model ini
digunakan dalam penilaian harga sekuritas (A
model that describes the relationship between risk and expected return and that
is used in the pricing of risky securities).
Model CAPM diperkenalkan oleh
Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio
yang dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu
risiko sistematik (systematic risk) dan
risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific
risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel
ekonomi atas teori pembentukan harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Bodie et al. (2005) menjelaskan
bahwa Capital Asset Pricing Model
(CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern. Capital Asset Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat
antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Walaupun Capital Asset Pricing Model belum dapat
dibuktikan secara empiris, Capital Asset
Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing Model akurasi yang cukup pada aplikasi
penting.
Capital
Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada
suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar
dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham
yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun
biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor
dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat
suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed
risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang
risikonya identik.
Capital
Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio
pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi
yang efisien adalah passive strategy.
Capital Asset Pricing Model
berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau portofolio
adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien beta.
2.2 Asumsi-asumsi CAPM
1. Investor akan
mendiversifikasikan portolionya dan memilih portofolio yang optimal sesuai
dengan garis portofolio efisien.
2. Semua investor mempunyai
distribusi probabilitas tingkat return masa depan yang identik.
3. Semua investor memiliki periode
waktu yang sama.
4. Semua investor dapat meminjam
atau meminjamkan uang pada tingkat return yang bebas risiko.
5. Tidak ada biaya transaksi,
pajak pendapatan, dan inflasi.
6. Terdapat banyak sekali
investor, sehingga tidak ada investor tunggal yang dapat mempengaruhi harga
sekuritas. Semua investor adalah price taker.
7. Pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium).
2.3 Risiko dan Return
Keinginan utama dari investor adalah
meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor
individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang
berisiko harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena
itu investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang
diinginkan.
Risiko investasi yang dihadapi oleh
investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
1.
Market Risk (risiko pasar), sering disebut
juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku
bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss.
Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang
lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
2.
Default risk. Risiko apabila penerbit aset
gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
3.
Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil
aset karena inflasi.
4.
Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset
karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh aset.
5.
Political risk. Risiko menurunya nilai aset
karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan
pemerintah atau perubahan penguasa.
Suku bunga bank sentral
tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan negara
tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh karena
itu biasanya return dari risk free aset
(Rf) digunakan suku bunga bank sentral.
Capital
Asset Pricing Model (CAPM) mencoba untuk menjelaskan hubungan antara risk
dan return. Dalam penilaian mengenai risiko biasanya saham biasa digolongkan
sebagai investasi yang berisiko. Risiko sendiri berarti kemungkinan
penyimpangan perolehan aktual dari perolehan yang diharapkan (possibility), sedangkan derajat risiko (degree of risk) adalah jumlah dari
kemungkinan fluktuasi (amount of
potential fluctuation).
Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portofolio menjadi investasi yang lebih rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko sistematis (systematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Unsystematic risk adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari.
Saham berisiko dapat dikombinasi dalam sebuah portofolio menjadi investasi yang lebih rendah risiko daripada saham biasa tunggal. Diversifikasi akan mengurangi risiko sistematis (systematic risk), tetapi tidak dapat mengurangi risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk). Unsystematic risk adalah bagian dari risiko yang tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Systematic risks adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat dihindari.
Informasi keuangan mengenai
sebuah perusahaan dapat membantu dalam menentukan keputusan investasi. Investor
biasanya menghindari risiko, investor menginginkan perolehan tambahan (additional returns) untuk menanggung
risiko tambahan (additional risks).
Oleh karena itu saham berisiko tinggi (High-risk
securities) harus mempunyai harga yang menghasilkan perolehan lebih tinggi
daripada perolehan yang diharapkan dari saham berisiko lebih rendah.
2.4 Persamaan CAPM
Persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) adalah :
Rs
= Rf + Rp
Dimana : Rs
= Expected Return on a given risky
security
Rf
= Risk-free rate
Rp
= Risk premium
Bila
nilai β = 1 artinya adanya hubungan yang sempurna dengan kinerja seluruh pasar
seperti yang diukur indek pasar (market
index), contohnya nilai yang diukur oleh Dow-Jones Industrials dan Standard
and Poor’s 500-stock-index. Hubungan ini dapat digambarkan dalam contoh pada
gambar.
β
adalah ukuran dari hubungan paralel dari sebuah saham biasa dengan seluruh tren
dalam pasar saham.
Bila
β > 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih tinggi daripada pasar.
β
< 1.00 artinya saham cenderung naik dan turun lebih rendah daripada indek
pasar secara umum (general market index).
Perubahan
persamaan risiko dan perolehan (Equation
Risk and Return) dengan memasukan faktor β dinyatakan sebagai:
RS = Rf + βs (Rm – Rf)
RS
= Expected Return on a given risky security
Rf
= Risk-free rate
Rm
= Expected return on the stock market as a whole
βs
= Stock’s beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu
CAPM
bertahan bahwa harga saham tidak akan dipengaruhi oleh unsystematic risk, dan
saham yang menawarkan risiko yang relatif lebih tinggi (higher βs)
akan dihargai relatif lebih daripada saham yang menawarkan risiko lebih rendah
(lower βs). Riset empiris mendukung argumen mengenai βs
sebagai prediktor yang baik untuk memprediksi nilai saham di masa yang akan
datang (future stock prices).
CAPM
dikritik sebagai penyebab masalah kompetisi di Amerika Serikat. Manajer di
sebuah perusahaan di Amerika Serikat yang menggunakan CAPM terpaksa membuat
investasi yang aman dalam jangka pendek dan perolehannya dapat diprediksi dalam
jangka pendek daripada investasi yang aman dan perolehan dalam jangka panjang.
Para peneliti telah menggunakan CAPM untuk menguji hipotesa yang berhubungan
dengan hipotesa pasar efisien.
2.5 Markowitz dan Market Model
William Sharpe dalam membangun
model CAPM diilhami dari teori portofolio yang diajukan oleh Harry Markowits.
Markowitz mengusulkan sebuah model untuk menjelaskan korelasi diantara return
sekuritas. Model ini mengasumsikan bahawa return dari sekuritas ke-i tergantung
pada sebuah faktor yang mendasari, nilai yang diwakili oleh indeks, dalam
notasi matematika dinyatakan sebagai:
ri = αi + βi.F
+ ui
ri = return sekuritas i
βi = Beta dari sekuritas i
F = indeks (belum tentu indeks pasar)
ui = error term
(walaupun selanjutnya markowitz mengusulkan bahwa
persamaan itu seharusnya tidak linier, karena ada faktor lain yang
mendasarinya).
Kemudian
pada tahun 1963, William Sharpe menguji persamaan tersebut sebagai penjelasan
bagaimana return sekuritas cenderung naik dan turun seiring dengan naik
turunnya indeks umum pasar, secara spesifik Sharpe menggunakan persamaan
sebagai berikut:
Rit = αi + βi
Rmt + eit
Rit = return dari aset i pada periode t
Rmt = return dari indeks pasar pada periode t
αi = komponen non-pasar dari return aset i
βi = rasio kovarian dari return aset i dan
return indeks pasar terhadap varians return indeks pasar
eit = zero mean random error term
Model ini
disebut model pasar indeks tunggal (single
index market model) atau sering disebut market model.
Dilihat
disini pada model markowitz, indeks-nya belum tentu indeks pasar, tetapi pada
market model digunakan indeks pasar.
2.6 Aplikasi CAPM
Model yang
dikembangkan CAPM menjelaskan bahwa tingkat return yang diharapkan adalah
penjumlahan dari return aset bebas risiko dan premium risiko. Premium risiko
dihitung dari beta dikalikan dengan premium risiko pasar yang diharapkan.
Premium risiko pasar sendiri dihitung dari tingkat return pasar yang diharapkan
dikurangi dengan tingkat return aset bebas risiko. Bentuk matematika CAPM
Rs = Rf + βs
(Rm – Rf)
Ø Rf
biasanya didekati dengan tingkat return suku bunga bank sentral, di Indonesia
umumnya risk free aset didekati dengan tingkat return suku bunga Bank
Indonesia.
Ø βs
didekati dengan menghitung data time series saham dengan data return pasarnya.
Penjelasan mengenai cara menghitung beta disertakan di bagian akhir artikel
ini.
Ø Rm
didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung
mendapatkan nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara
memprediksi historisnya yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan
return IHSG tahun x-1. Dari definisi CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar
yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang periode yang lalu. Untuk
mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa tingkat return
IHSG yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara
analisis faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan
regresi dari IHSG dan faktor yang mempengaruhinya. Dan terakhir anda harus memprediksi nilai
dari faktor yang mempengaruhi IHSG untuk x periode yang anda tentukan. Cara
lainnya adalah menggunakan nilai IHSG dari hasil penelitian empiris dari
peneliti lain.
2.7 Contoh Aplikasi Menghitung Rs
Suatu
sekuritas x yang mempunyai Expected
Return 0.27 (27% per tahun) dan nilai betanya 1.2, apakah sekuritas x ini
layak di beli atau tidak?
Rs
= Rf + βs (Rm – Rf)
Rf =
misal SBI 1 bulan saat ini adalah 0.06 (6% per tahun)
Rm =
misal return IHSG yang diharapkan saat ini adalah 0.26 (26% per tahun,
didapatkan dengan cara memprediksi return)
βs =
1.2
Sehingga:
Rs = 0.06 + 1.2 (0.26 - 0.06)
Rs = 0.06 + 1.2 (0.26 - 0.06)
Rs =
0.06 + 1.2 (0.2)
Rs =
0.06 + 0.24
Rs =
0.3 (30%)
Kesimpulan, dengan nilai beta 1.2,
apabila return yang diperoleh hanya 27%, maka harga sekuritas terlalu mahal,
karena return wajarnya adalah 30%
2.8
Contoh Cara
Menghitung Beta
Nilai β dapat dihitung sendiri menggunakan
data time series suatu saham/industri dan time
series return suatu pasar (misalnya IHSG, NYSE, dll),
Contoh perhitungan:
Return saham X dibandingkan dengan pasar
Ø tahun
1-return saham X = -0.05, return pasar -0.12
Ø tahun
2-return saham X = 0.05, return pasar = 0.01
Ø tahun
3-return saham X = 0.08, return pasar = 0.06
Ø tahun
4-return saham X = 0.15, return pasar = 0.10
Ø tahun
5-return saham X = 0.10, return pasar = 0.05
Sehingga
rata-rata return saham X adalah 0.066
Menghitung deviasi
return saham X
Ø tahun
1 = -0.1160
Ø tahun
2 = -0.0160
Ø tahun
3 = 0.0140
Ø tahun
4 = 0.0840
Ø tahun
5 = 0.0340
Rata-rata return
pasar adalah 0.02 sehingga deviasi return pasar:
Ø tahun
1 = -0.14000
Ø tahun
2 = -0.0100
Ø tahun
3 = 0.0400
Ø tahun
4 = 0.0800
Ø tahun
5 = 0.0300
Kalikan masing
masing deviasi return saham dengan deviasi return pasar:
Ø tahun
1 = -0.1160 x -0.14000 = 0.0162
Ø tahun
2 = -0.0160 x -0.0100 = 0.0002
Ø tahun
3 = 0.0140 x 0.0400 = 0.0006
Ø tahun
4 = 0.0840 x 0.0800 = 0.0067
Ø tahun
5 = 0.0340 x 0.0300 = 0.0010
Jumlah
= 0.0247
Pangkat duakan
deviasi return pasar
Ø tahun
1 = -0.14000^2 = 0.0196
Ø tahun
2 = -0.0100^2 = 0.0001
Ø tahun
3 = 0.0400^2 = 0.0016
Ø tahun
4 = 0.0800^2 = 0.0064
Ø tahun
5 = 0.0300^2 = 0.0009
Jumlah
= 0.0286
Sehingga Beta
untuk saham X adalah 0.0247/0.0286 = 0.86
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Keinginan utama dari investor adalah
meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor
individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang
berisiko harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena
itu investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang
diinginkan.
3.2
Saran
Dengan adanya
makalah ini kami berharap dapat membantu pembaca untuk memperoleh informasi
mengenai Capital Asset Pricing Model (CAPM). Namun kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan bantuan pembaca untuk
membantu kami dalam pembuatan makalah selanjutnya dengan memberikan saran.
Terima kasih atas perhatiannya, kami tunggu saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ary Gumanti,
Tatang. 2011. Manajemen Investasi Konsep,
Teori dan Aplikasi. Jakarta.
Burton, Jonathan.
1998. Revisiting The Capital Asset Pricing Model. Dow Jones Asset Manager, May/June
1998, pp. 20-28 [Also Available at
http://www.stanford.edu/~wfsharpe/art/djam/djam.htm%5D.
Naftali, Yohan. Capital
Asset Pricing Model (CAPM). Yohan Naftali. 2 November 2007, Revisi 6
Agustus 2009. Yohan Naftali.
http://yohanli.com/2007/11/capital-asset-pricing-model-capm [Accessed date].
1 komentar:
thankyouuu
Posting Komentar