(CERPEN) KEJUJURAN SEORANG PENGEMBALA KAMBING

Paijo adalah namanya, dalam kesehariannya sibuk menggembala kambing di hutan. Di sebuah desa yang kecil dia tinggal bersama ayah dan ibunya yang sudah tua renta, dia merupakan tipe anak yang ceria dan semangat bekerja. Sebenarnya, dia mempunyai kemauan untuk bersekolah. Tetapi, karena jauhnya medan yang ditempuh dan tidak ada biaya bersekolah, akhirnya dia memilih untuk membeli kambing dan digembalakan di hutan. Dengan tergantung pada kambing itulah dia sekeluarganya bisa bertahan hidup, untuk membeli keperluan sehari - hari dia mengandalkan kambingnya yaitu jika sudah besar menjualnya ke pasar. Ayah dan ibunya sudah tidak kuat lagi seperti dulu, mereka hanya bisa membantunya memberi minum kambing saja saat sudah berada di rumah selesai digembalakan, karena tenaganya sudah lemas. 

Setiap hari, dia harus mengiring kambing - kambingnya itu ke hutan yang berada di samping rumahnya dan terus mengawasinya saat mereka merumput, karena khawatir jika dibiarkan saja kambingnya akan memakan tumbuhan atau tanaman warga setempat. Dia sangat bahagia dan menikmati pekerjaannya, setelah sekian lama berada di hutan, sudah waktunya untuk pulang karena perut kambingnya kelihatan kenyang. Dan keesokan harinya, dia mulai kembali pekerjaannya. Pada saat perjalanan, dia melihat ada seseorang warga yang ingin prrgi ke ladang. Orang itu membawa banyak bekal, yang dipikul dengan pundak kanannya. Terus, tidak sengaja bekalnya tadi jatuh tepat didepannya, pas saya buka ternyata sebungkus nasi. Karena dia tahu bahwa nasi itu bukan haknya, bergegas lari mengejar orang tadi untuk memberikan nasi, tetapi hasilnya nihil si orang tadi sudah tidak nampak lagi.

Karena dia anak yang jujur dan berhati baik, meskipun orangnya sudah tidak ada, dia langsung saja pergi mendatangi orang itu di ladangnya. Karena orang itu termasuk tetangga dekat dan dia tahu keberadaan ladang, dan setelah sampai di sana nasi yang tadi dibawanya tidak mikir lama diberikan kepada pemiliknya.

" pak, maaf tadi saya melihat bekalnya bapak yang jatuh di jalan. " ujarnya dia

" lho, iya toh nak, kok bapak tidak tahu kalau jatuh. " ujar si bapak

" iya pak memang betul, ini bekalmu yang jatuh di jalan, dan ini saya kembalikan utuh tidak ada yang kurang sedikitpun." ujarnya dia.

" kalau begitu terima kasih banyak ya nak, atas kebaikannya." ujar si bapak

" iya pak sama - sama, ya sudah saya tak lanjutkan lagi menggembalanya, dan bapak lanjutkan berladangnya kembali." ujarnya si anak

" iya nak, hati - hati di jalan." ujarnya si bapak

"Iya pak terima kasih." ujarnya dia

Dari kisah ini kita bisa ambil pelajaran, kejujuran itu sangat indah dan membantu pada sesama.

(CERPEN) MEMBERI LEBIH MULIA DARIPADA MEMINTA

Hari ini hatiku sangat senang, karena aku bisa pulang kerja lebih cepat dari biasanya, dikarenakan manager saya ada rapat dengan pengurus inti lainnya. Saya pun bergegas untuk pulang, sekitar pukul 16.00 saya baru tiba di rumah. Karena, saya pulangnya naik bus dan menunggunya lama sekali jadinya telat dari pada kemarin. Dan sampai di rumah, saya mendapati adikku seperti orang gugup yang sedang ketakutan jika ketahuan orang sepertinya ada sesuatu yang disembuyikan. Ternyata benar, ia membawa baju badut yang dimasukkan ke dalam tasnya, dan baju itu akan digunakan untuk mengamen dilampu merah dengan tujuan dikasih uang.

Aku pun mengikutinya, membuktikan apakah benar adikku akan pergi mengamen di lampu merah. Tidak salah lagi memang benar ia memakai baju badutnya yang ada ditas tadi untuk menari - nari dijalan sambil membawa kaleng kosong untuk tempat uang atau koin dari orang yang simpati padanya. Setelah saya tahu tempat dimana adikku melakukan kegiatannya itu, lalu saya bergegas pulang dan memberitahu ibu, bahwa adik diluar sana kegiatannya meminta - minta pada orang dengan cara memakai pakaian badut. Selanjutnya dengan wajah marah dan jengkel ibu langsung mengajak saya dengan naik motor untuk menghampiri adik dan membawanya pulang,  dan akhirnya beberapa menit mencari keberadaannya adik ia ketemu juga pandangannya ibu tepatnya persis di lampu merah simpang empat.

“Ayo naik ke atas motor, nanti jelasin sama mama di rumah.” ucap ibu pada adik sembari membawanya pulang."

Sesampainya di rumah, dia langsung jujur dan menceritakan semuanya kepada ibu. Aku dan ibu langsung menasehatinya sebaik mungkin.

“Dik, ibu lebih menghargai kamu bekerja sebagai petani di sawah dan hasilnya bisa dibagikan atau kamu berikan kepada orang yang kurang mampu dari pada meminta - minta di jalan raya seperti ini, karena demikian tidak baik untuk masa depanmu besuk.

Dia hanya tertunduk malu dengan rasa bersalahnya yang terpampang jelas dari wajahnya. Setelah dinasehati, adikku mengakui kesalahannya, meminta maaf kepada ibu dan aku, serta benar-benar berjanji untuk tidak mengulanginya lagi di kemudian hari.

(CERPEN) INDAHNYA GOTONG ROYONG DI DESA

Namaku adalah Setya, tempat tinggalku di  sebuah desa yang masih pelosok dan jauh dari keramaian. Aku dan teman-teman akan melakukan kerja bakti membersihkan pemakaman desa, karena sebentar lagi akan masuk bulan suci ramadhan. Pada umumnya,masyarakat kami jika sudah masuk bulan puasa banyak yang berziarah ke kuburan untuk mendoakan ahli kuburnya masing-masing. Dan supaya pemakamannya bersih dan nyaman untuk digunakan berziarah kami berencana membersihkannya terlebih dahulu. Selanjutnya Aku dan teman-teman sudah berkumpul di balai desa, untuk musyawarah membahas konsep kerja bakti besok pagi. Mulai dari peralatan yang harus dibawa sampai dengan pembagian tugas tiap masing - masing orang.

Dikarenakan bulan ini musim kemarau yang berkepanjangan di desa kami, dan banyaknya pohon - pohon besar di pemakaman yang daun dan rantingnya sudah kering pada berjatuhan sehingga sampah ranting dan daun itu memenuhi halaman pemakaman. Maka dari itu, besok pagi pak RT meminta kami kerja baktu membersihkan semua sampah itu. 

Setelah itu, pak RT membagi kami menjadi beberapa regu, serta pembagian area mana saja yang akan dibersihkan. Tidak lupa beliau mengingatkan kepada kita bahwa kegiatan ini semata-mata untuk kebaikan dan kenyamanan bersama. Jadi, harus dengan hati yang ihlas jangan berharap bayaran atau imbalan.

Keesokan harinya sekitar jam 08.00 WIB semua telah berkumpul di lokasi yang ditentukan. Pekerjaan pun dimulai, sampah mulai dibersihkan dan diangkut ke pembuangan akhir. Aku berada satu regu dengan kawanku yang bernama Randa. Kami membersihkan bagian depan pemakaman , tepat di depan gapura masuk makam.

“Randa, kamu haus toh? Aku mau beli minum dulu di warung belakang, mau nitip atau tidak?” tanyaku pada Randa.

“tidak setya, Aku sudah bawa sendiri kok dari rumah." Balas Randa.

Kegiatan kerja bakti pun akhirnya selesai, semua berkumpul lagi, kemudian pak RT membuka dialog kembali.

“Terima kasih saya ucapkan untuk semuanya yang sudah berpartisipasi pada kegiatan kerja bakti ini, tanpa kehadiran kalian semua, mungkin pekerjaan kita tidak akan selesai secepatnya ini..” Dan setelah kegiatan ini bubar, saya undang semuanya saja yang hadir untuk ramah tamah sebentar di rumah saya" kata pak RT.

Selanjutnya, hari sudah mulai siang dan panas kamipun bersama - sama beranjak pulang menuju rumah pak RT untuk ramah tamah. Saat kami sampai di rumah RT dengan perasaan suka dan gembira nampak pada wajah kami, karena di sana banyak sekali hidangan makanan dan minuman yang lezat dan mengoda lidah. Tidak menunggu lama lagi kami langsung mengambil hidangan tersebut dan menyatapnya bersama - sama hingga habis tidak tersisa saking laparnya saat kerja bakti tadi. Setelah acara ramah tamah selesai, kami pamit pulang pada pak RT menuju rumah masing - masing dengan tertib.

Di sela rasa lelah yang menggerogoti badan, aku melamun dan bisik dalam hati.Ternyata, suatu pekerjaan yang dikerjakan bersama-sama, akan bisa menghemat waktu dan tenaga, terlebih lagi pendidikan non formal seperti inilah yang penting untuk mendidik diri sendiri agar senantiasa hidup bersosial dengan lingkungan sekitar dan indahnya dalam berbagi kepada sesama".

(CERPEN) KEJUJURAN SEORANG PENGEMBALA KAMBING

Paijo adalah namanya, dalam kesehariannya sibuk menggembala kambing di hutan. Di sebuah desa yang kecil dia tinggal bersama ayah dan ibunya ...